Senin, 11 Agustus 2008

Film Ayat-Ayat Cinta

Medio April 2008

Kemaren malam aku menonton film arahan mas Hanung "Ayat-Ayat Cinta",tanggapanku,.... Alhamdulillah, akhirnya ada film yang bisa merubah citra bioskop hanya untuk anak muda.. Kisah percintaan yang mungkin pernah dialami oleh tiap orang di muka bumi ini. Sungguh mulia, akhlak Aisha, yang belajar mengikhlaskan berbagi cinta suami tersayang, demi kehormatan diri dan keluarga. Bila diandai-andaikan, Kalau saja aku berdiri di posisi Aisha, mungkin aku bersujud lebih lama meminta ke ikhlasan itu menyentuh hatiku, karena memang berat untuk berbagi suami. karena memang adil itu tidak punya definisi yang baku. Dibutuhkan kejernihan hati untuk memahami arti sejati dari cinta itu sendiri, karena menurutku, cinta itu dasarnya adalah pengorbanan. harus ada parut di hati untuk tau apakah cinta itu sudah cukup untuk kita? untuk sesama? untuk alam? bahkan untuk Tuhan yang telah menghidupkan kita?

Ketka Cinta itu Terlalu Besar

"Allah tidak akan membebani hambanya melebihi kemampuannya" Ketika apa yang kita kategorikan sebagai musibah, maka kalimat Allah yang inilah yang harus diingat. Musibah atau apapun itu yang bikin hati dan jiwa gelisah, tidak akan membuat kita terpuruk lebih dalam bila kita kembali pada tuhan. karena semua datang dari rasa cinta tuhan kepada kita. Mungkin selama ini kita sedikit terlupa dengan Dia, terlena akan fatamorgana dunia, nikmat yang semu atau kebahagiaan yang membutakan mata hati. Kita jarang sekali menghitung kecintaan Tuhan pada kita, yang sering kita lakukan adalah menghitung berapa banyak do'a kita yang belum terkabul. tanya hati, sedekat apakah kita dengan Dia? Bayangkan, kalau anda adalah seorang karyawan di satu kantor, bekerja dengan sebaik mungkin, untuk penilaian tahunan yang menentukan kenaikan gaji, itu saja anda perbuat dengan sepenuh hati, bahkan ada sebagian yang "bermain dari samping" untuk mendapatkan simpati atasan. Bagaimana dengan tuhanMU?? Sudah sedekat apa kita dengan Nya? Apa pantas minta banyak bila mengingatnya juga jarang?? jadi tak selamanya musibah itu sekedar musibah. Bisa jadi itu ilmu. Geser sedikit pandangan, coba pandang dari sisi hati nurani. Akan banyak sekali rezeki yang tak terduga menghampiri hati. Insya Allah.

Setengah Isi Setengah Kosong

Judul di atas saya ambil dari buku karangan Parlindungan Marpaung terbitan MQS Publishing. Banyak cerita yang menurut saya menyentuh nurani kemanusiaan yang benar-benar manusia. kondisi dunia yang terus berputar sering melupakan hakikat manusia sebagai makhluk paling sempurna yang diciptakan Tuhan di alam ciptaanNya ini. Kembali menghadap hati dan nurani menurut saya kembalinya manusia menjadi fitrahnya sebagai manusia. Inti dari buku ini menurut saya adalah tentang bagaimana kita melihat suatu keadaan dan sikap terbaik menghadapinya. Terima kasih atas goresan tinta yang tertuang dari Bang Marpaung, yang menjadi ilham bagi saya uintuk lebih tafakur dan tawakkal dalam menjalani tugas sebagai manusia di alam ini. Insya Allah kita diberi hidayah menuju jalan yang benar-benar di ridhai Nya. Amin

Suatu hari yang tak termemori

Suatu hari yang tak termemori

Honey..
Bila mentari tercabut tugasnya
Biarkan kasihku menerangi harimu
Meski gulita menyelimutimuTetap cahaya doaku mengiringimu
Honey…
Bersama putaran bumi kunanti kita bersua
Meski itu hanya lemparan senyuman
Ataupun lambaian tangan
Mungkin akan kucukupkan
Honey..
Ijinkan aku memujamu dalam doakuInginkanmu dalam sepiku, Karena gundah ini hilang oleh senyummu.

SUperNova the Novel

10 Juli 2008 selesai jam 02.00
aku baca kembali buku SUPERNOVA-nya Dewi Lestari, hanya dalam 5 jam saja. Lalu aku ingat kamu.
“di jaring laba-laba supertipis dan besar ini kuyakinkan
Kamu mendengar gaung namamu kupanggil.
Honey… sedang apa kamu? Tertidur?
Ilusi dan kretifitas melayut dalam otakku
Gambaran keakuan merebak di situs kemanusiaan
Dimana aku berdiri? Siapa aku?
Apa mauku bila bertemu denganmu?
Tidak ada yang kebetulan di mata Tuhan
Semua sudah ada
Semua nyata
Begitu juga dengan rasa ini, meski penyangkalan harus dikatakan
Yang ada hanyalah ada
Tanpa tedensi menghakimi
Tuhan Maha Sempurna, bahkan ketika kita punya segala
Nama baik, harta, ibadah
Runtutan peristiwa yang membunuhku
Dan membiarkan diri terlena dalam kematian
Yah…, aku menikmatinya
Nikmatnya hidup dalam mati
Ketika aku mati di dalam kehidupan
Apa yang tertuang di sini semata ingatku padanya. Tuhanku
Karena Kau yang buat hidup, mati, atau apapun,
Menjadi satu makna,
Pengabdian dalam mengagumiMu
Untuk kagumi diriMu sendiri..Untuk hati yang tidak pernah mati